Archive for March 18, 2012


Malam Milik Si Buta

Selimut besar menutupi dunia
Tak mampu aku merasakan matahari
Dimana sinarmu wahai sang raja hari?
Tanpa kamu rasanya dingin tubuh ini

Hei…..Siapa yang menyalakan kipas angin?
Disini sangat dingin, anginnya berhembus menembus nadi
Kuambil secangkir kopi
Sebagai obat penghangat diri

Suara apa itu?
Apa benar itu jangkrik?
Lalu itu suara apa lagi? Apa itu yang disebut burung hantu?
Ada apa dengan mereka, kenapa mereka seperti itu?
Apa yang mereka rayakan….

Apa engkau dapat melihat kuning bulan purnama?
Dapat melihat bintang bergantungan dilangit?
Apakah indah?
Tolong ceritakan dan lukiskan supaya aku dapat melihatnya
Walau melihat dalam gambaran pikiran…..

 

“kamu harus mengikuti les piano dengan rajin” kata ayah.

“suatu hari nanti, kamu akan menjadi pemain piono terkenal di dunia” tambahnya.

aku hanya menganggukkan kepala sebagai tanda meng-iya-kan permintaan ayah. Menjadi pemain piano hebat ya…sepertinya menarik. mulai saat itulah aku putuskan untuk lebih giat berlatih bermain piano.

Pagi itu adalah hari minggu, benar hari minggu yang akan menuntunku menjadi pianist hebat. Sambil menunggu guru les datang, kulakukan pemanasan agar jari-jemariku semakin lihai memainkan not not piano di ruang tamu. Dirumah terdapat 2 piano, satu diruang tamu dan yang satu digudang. Sepertinya piano yang ada digudang masih bisa digunakan walaupun keadaanya tidak karuan, usang sekali, piano buatan tahun 1800an. Sudah setengah jam aku menunggu, guru les belum juga menunjukkan batang hidungnya, tidak biasa dia datang terlambat. Ah…mungkin sedang macet dijalan, aku tetap berfikir positif dan tetap memainkan lagu demi lagu. Akhirnya aku sampai di lagu yang sering dimainkan ayah. Kata ayah, lagu ini adalah ciptaannya sendiri, “Datanglah Kembali” itulah judulnya, cukup bagus dan enak didengar saat ayah memainkannya. Aku sangat bangga punya ayah yang kreatif seperti dia.

Baru kali ini aku memainkan lagu milik ayah. Selama ini aku hanya memainkan lagu-lagu yang mudah untuk dimainkan, maklum pemula. Sedangkan ayah dulu pernah bermain dipanggung internasional. Karir ayah terhenti setelah salah satu jarinya hilang saat kecelakaan maut yang juga merenggut jiwa Ibu. Dan sekarang aku yang harus mewujudkan mimpi ayah untuk menjadi pianist dunia dan membuat ibu bangga dialam sana. Pelan-pelan aku mainkan, cukup lancar hanya beberapa kali saja salah nada, overall bagus, menurut saya. Tetapi jika dibandingkan ayah masih jauh skill saya meskipun jari ayah tinggal 9, dia masih bisa bermain bagus.

Setelah mencapai reff lagu, aku merasa ada angin yang masuk keruangan tamu.

Jika Kau Mendengar Laguku Datanglah,
Jika Kau Rindu Padaku Hadirlah,
Jangan Kau Tanya Untuk Siapa Aku Bernyanyi,
Karena Lagu Ini Adalah Bukti,
Maka Datanglah Kembali,

Begitu lirik lagun. Angin yang masuk ke ruang tamu sangat dingin, padahal hari sangat panas. Kulihat jendela sedikit terbuka, lalu kuhentikan bermain piano. Aku berdiri dan menghampiri jendela yang terbuka, lalu aku tutup kembali. Din……….Din………….Suara klakson mobil. Ternyata guru les ku baru sampai.

“Maaf Fino, Ibu terlambat” kata guru les ku sambil masuk ke dalam rumah dan terlihat terengah-engah

“Tenang bu, duduk dulu, ibu kelihatan pucat ada apa?” Tanyaku penasaran

“Tidak, tidak apa. Tadi ibu melihat orang kecelakaan, seorang pianist perempuan muda berbakat mati tertabrak bus. Badannya terhimpit didalam mobil. Kasihan sekali. Tadi jalan jadi macet karena kecelakaan ini” Jawabnya

“Iya ibu tidak apa, kasihan ya dia. Sekarang kita les apa ditunda saja bu?” Tanyaku

“Masih ada 30 menit, ayo kita les sebentar” Sambi tersenyum Ibu guru mengajakku ke ruang tamu untuk belajar piano.

30 menit telah berlalu, akhirnya les telah usai. Tetapi aku masih terbayang bagaimana pianist muda yang mengalami kecelakaan seperti yang telah diceritakan ibu guru. Yah, inilah takdir. Sekarang yang ada dipikiranku adalah bagaimana aku giat belajar untuk menjadi pianist hebat seperti ayah.

Sekarang sudah pukul 22.00 WIB. tetapi ayah belum juga datang dari pabrik. Setalah memutuskan untuk keluar dari dunia musik sebagai pemain piano, ayah memulai dunia baru dengan berbisnis keripik kentang. Sederhana memang tetapi penghasilannya dahsyat… 1 hari bisa sampai 1-2 juta. Pabrik nya cukup jauh dari rumah karena pendirian pabrik harus memperhatikan lokasi bahan baku, lokasi pasar dan tenaga kerja.

Setelah makan malam bersama nenek, aku tidur di kamar tidurku. Letak kamar tidurku adalah paling belakang dari rumah. Tepat di depan kamar ada kamar nenek, nenekku adalah ibu kandung dari ibu sedang ayah kandung ibu alias kakek sudah meninggal dunia, kalau orang tua dari ayah sudah meninggal dunia semua. Jadi yang tersisa adalah nenek. Disamping kamar nenek adalah gudang tempat piano 1800an itu disimpan.

Tidak lama kemudian aku terlelap. Didalam mimpi aku mendengar seseorang memaikan piano dengan hebatnya, begitu indah dan mengalun merdu. Dan kulihat dia sedang memakai gaun berwarna merah. Tidak terlihat wajahnya karena dia menundukkan kepalanya. Seakan jiwa ini dibawa melayang oleh alunan lagunya. Aku mencoba untuk menghampiri, tapi entah kenapa tidak pernah sampai. aku berjalan tetapi diam ditempat. Aku tidak bisa menggapainya. Tiba-tiba dia berhenti dan berkata “Mau aku ajari?”

Kemudian aku tersadar. Dalam hati bertanya-tanya, siapa dia? Apa dia pianist perempuan muda yang mengalami kecelakaan kemarin yang telah diceritakan oleh ibu guru? Sejak itu aku tidak bisa tidur samapi pagi menyingsih….

(Bersambung “Datanglah Kembali 2”)